Pernah beberapa hari yang lalu saya mendapat pertanyaan via sms dari seseorang, yang menanyakan tentang bagaimana caranya menciptakan kebahagiaan lahir dan batin dalam diri. Saya termangu dan enggan untuk menjawabnya. Namun akhirnya saya balas juga sms tersebut. Saya hanya bilang bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan kita mesti meletakkan tolak ukur kebahagiaan pada tempat yang benar. Jika kita salah dalam mengambil parameter kebahagiaan maka kita akan menemukan sejumlah kekecewaan demi kekecewaan. Kesalahan dalam meletakkan wujud kebahagiaan akan berakibat fatal dalam diri kita dan menjadikan diri kita menyesal di kemudian hari.
Allah telah menjadikan dunia ini dengan satu ketetapan, bahwa Allah Swt telah meletakkan kebahagiaan manusia hanya dalam agama. Manusia telah Allah Swt. ciptakan berasal dari tanah. Dan Allah SWT. tidak meletakkan kebahagiaan manusia pada sesuatu yang berasal dari tanah. Sesuatu yang mustahil bagi Allah jika memuliakan manusia dan membahagiakan manusia dari unsur dimana bahan dasar manusia dibuat. Sedangkan benda-benda yang ada di atas bumi ini sesungguhnya juga berasal dari tanah. Contohnya mobil yang sebagian besar bahan bakunya terbuat dari komponen-komponen logam dan besi. Logam dan besi adalah unsur yang terdapat di dalam bumi. Jadi manusia tidak akan bahagia jika manusia memilki mobil, walau mobil tersebut adalah mobil dengan teknologi paling modern sekalipun. Sekalipun manusia memilki ratusan bahkan ribuan mobil , Allah SWT. sekali-kali tidak akan pernah menanamkan rasa bahagia ke dalam hati manusia tersebut secara hakiki. Kebahagiaan yang ada di dalam hati seseorang jika dia memiliki segala kemewahan kebendaan adalah kebahagiaan semu. Suatu saat bisa berubah menjadi malapetaka dan menghancurkan. Begitu juga orang yang berada di dalam mobil yang mewah tidak lebih mulia dengan orang yang mengendarai sepeda butut. Orang yang berada di dalam mobil yang lux bukan jaminan lebih tinggi kedudukannya di hadapan Allah SWT.
Pabrik dan kantor yang bahan dasarnya juga berasal dari tanah. Sejumlah perabotan, mesin-mesin dan asset perusahaan adalah berbahan dasar tanah, maka manusia tidak akan bahagia jika manusia mengandalkan kekayaan pada benda-benda dan mesin-mesin perusahan. Semua barang-barang dan mesin-mesin yang ada di atas tanah berasal dari tanah. Jadi apalah gunanya jika menyandarkan kebahagiaan hati kita kepada sesuatu yang sifatnya serba terbatas dan serba rapuh. Semua yang berada di atas tanah akan segera hancur dan musnah. Hal ini telah Allah buktikan dengan hancurnya perusahaan-perusahaan baik perusahaan dengan skala besar maupun kecil. Baik itu hancur dalam artian perusahaan itu tutup /guling tikar atau benar-benar hancur dalam artian fisik karena ditimpa bencana alam dan lain-lain.
Begitu juga jika manusia merasa bahagia jika memiliki rumah yang mewah dan megah adalah satu kesalahan dalam meletakkan asas dan pondasi kebahagiaan. Dengan memiliki rumah besar dan mewah tidak menjadikan jaminan bahwa hati kita akan bersemaikan ketenangan dan kebahagiaan sejati. Justru yang terjadi malah sering sebaliknya. Orang yang tinggal di rumah mewah malah kadang sering disinggahi oleh perasaan gundah dan gelisah. Hati merasa hampa dan kosong, merasa kurang, tidur tidak nyaman, ditimpa berbagai masalah, terserang penyakit dan lain sebagainya. Karena jika orang yang tinggal di rumah yang mewah merasa cukup dengan kemewahan yang dimiliki, merasa puas dan bangga diri, maka Allah akan kirimkan berbagai macam bala’ dan bencana ke dalam rumah dan penghuninya. (Hal ini saya sendiri telah membuktikan dengan mata kepala saya sendiri, melihat salah satu famili saya yang rumah mewahnya dijual dan dirinya serta istrinya ditimpa penyakit yang mengharuskan mereka di operasi sehingga menghabiskan dana ratusan juta rupiah). Jadi, sangat mustahil Allah memberikan kebahagiaan dan ketenangan ke dalam hati kita dengan benda-benda yang mana kita sendiri yang membuatnya. Karena rumah mewah adalah buatan tangan manusia dan bahan bakunya semua berasal dari tanah.
Allah SWT. telah tunjukkan kepada diri kita agar kita tidak terlena dan tertipu dengan keadaan dan kemewahan benda-benda yang ada di atas tanah. Bahkan kalau Allah mau, Allah bisa saja memusnahkan semua yang ada di atas tanah dalam waktu yang singkat dan dengan cara yang tak terbayangkan oleh pikiran manusia. -Cerita tentang kaum Luth yang dihancurkan oleh Allah dengan cara mengangkat kota kaum Luth ke atas langit lalu dibalikkan dan dihempaskan ke dalam bumi adalah bukti bagaimana dahsyatnya Azab Allah kepada manusia yang mengingkari perintah-perintah Allah.-
Kita bisa menilai dan mengambil pelajaran dari sedikit paparan di atas, bahwa manusia tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan sejati dan hakiki dengan memiliki benda-benda dan sesuatu yang serba terbatas dan serba fana. Sesungguhnya kita jika masih memiliki perasaan bahwa tanpa benda-benda itu kita akan hidup susah, maka sebenarnya kita telah tertipu oleh gambar dan pandangan mata kita. Karena sebenarnya mata kita memang mudah sekali ditipu dan dibohongi oleh keadaan yang ada di sekitar kita. Mata kita ini bukan Allah ciptakan untuk mengagumi benda-benda ciptaan manusia. Mata kita ini telah Allah tugaskan untuk mengagumi benda-benda ciptaan Allah. Jika mata kita sering digunakan untuk mengagumi benda-benda ciptaan Allah, maka Allah akan sematkan rasa keagungan akan rasa takjub dan kebesaran akan Allah SWT. Seperti misalnya kita melihat gunung, laut, matahari, bulan, langit, bintang-gemintang, awan, ombak, pohon-pohon, petir, manusia, hewan dan lain sebagainya. Namun tentunya mata yang kita gunakan untuk melihat benda-benda ciptaan Allah mestinya disertai dengan perasaan takjub dan meyakini bahwa benda-benda itu adalah Allah SWT yang menciptakannya. Karena banyak juga para ilmuwan yang senantiasa meneliti dan mengamati benda-benda ciptaan Allah itu, malah justru menjauh dari Allah SWT karena mereka hanya sekedar meneliti dan mencari tahu saja, tanpa ada perasaan bahwa benda-benda itu semua Allah SWT yang buat.
Selasa, 10 Maret 2009
Kebahagiaan Manusia
12.03
Muhammad Zenal Muttaqin (Admin)
No comments
0 komentar:
Posting Komentar